Madani & Manusiawi

Great People, Bandung, West Java, Indonesia.

Perang Dagang

PERANG DAGANG BERLANJUT. Strateginya..

Gunakan terus uang rupiah untuk transaksi dalam negeri, beli emas Antam ( produksi Aneka Tambang, BUMN ) dan ( kalau ingin rupiah stabil ) perbanyak simpanan uang di bank2 pemerintah ( Mandiri, BRI, BTN, BNI, BJB, atau bank milik pemprov, kota/ kabupaten anda ) untuk simpanan lebih aman, demi ketahanan ekonomi Indonesia dari efek krisis Yunani, Turki, Venezuela, Argentina, India.

Cadangan devisa Indonesia dari 130 miliar USD kini 118 miliar USD ( Economic Challenges, MetroTV, 4/9/2018 ). Baiknya, devisa dan simpanan WNI di bank2 luar negeri bisa ditarik ke bank2 tanah air . Para eksportir yang menggunakan lebih banyak konten/ bahan lokal lebih baik menyimpan uangnya dalam rupiah. Kesempatan baik dalam kesulitan sekarang adalah mengolah bahan lokal yang murah dan menjual produk jadinya yang berkualitas ke pasar ekspor ( dapat dolar berlipat ).

Pertumbuhan ekonomi harus dijaga stabil atau meningkat dengan menarik investasi luar negeri ke Indonesia ( peringkat investasi Indonesia BBB+ alias sangat layak ) dan menggiatkan sektor pariwisata ( negara dapat dolar dari wisman yang menukarnya di money changer perbankan jadi rupiah untuk membeli akomodasi dan souvenir lokal ). Pendapatan asli daerah ( PAD ) pun bisa meningkat.

Batasi impor ( kecuali bahan baku industri, modal produksi ), gunakan sebanyak mungkin substiusi impor ( 80% kebutuhan kacang tanah kita masih impor dari India, mestinya kita bisa tanam sendiri dengan teknologi pertanian yang sesuai. Potensi pertanian/ agraris dan kelautan/ maritim kita bisa dioptimalkan untuk mengganti impor/ mengatasi defisit neraca perdagangan ), dan perbanyak ekspor.

Proyek infrastruktur, untungnya, sudah memasuki tahap akhir penyelesaian sehingga tak ditunda ( Economic Challenge, MetroTV, 11 /9/2018 ).

Bahan baku infrastruktur yang tengah dibangun pemerintahan Jokowi, sebagian besar menggunakan bahan lokal ( 90%, seperti semen, besi baja, dll ), hanya komponen mesin ( kereta api, pembangkit listrik, dll ) yang masih impor, dengan menggunakan mata uang Euro yang relatif lebih stabil.

Setelah holding BUMN, paket2 pekerjaan meliputi pembuatan waduk, jalan, pelabuhan, dll, sudah diekspor ke negara2 Afrika dan Asia Pasifik agar kita masih dapat dolar untuk menyeimbangkan transaksi berjalan, menambah cadangan devisa Indonesia dan bayar hutang luar negeri.

Korea Selatan setelah Perang Korea ( tahun 1950-1953 ) bangkit dari keterpurukan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-12 di dunia saat ini, dimulai dengan membasmi koruptor, lalu membangun infrastruktur jalan antar wilayah sampai terhubung, lalu fokus pada otomotif, elektronik dan perdagangan kedua produk tsb, didukung penuh rakyatnya yang tekun bekerja, disiplin dan bersatu/ nasionalis terlebih di saat krisis ( EMI, 12/9/2018 ).

Kemenkeu akan menindak tegas aksi spekulan yang memperlemah mata uang rupiah.

Jejaring ekonomi Asia Tenggara, sejawat kita dalam perdagangan luar negeri, seperti ( mata uang) Korea Selatan, Thailand, Singapura masih stabil. Mestinya kita baik2 saja dengan fluktuasi dolar yang bersifat sementara ini karena fundamen ekonomi kita cukup kuat. Yang penting bersikap tenang waspada dan bertindak dengan kepala dingin nan jernih. Let’s see..

EFEK TURKI ? JAGA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TABUNGAN DI BANK.

One way system ( demokrasi, pemerintahan bersih, HAM ) menggantikan era perang dingin Blok Barat ( AS cs ) dan Blok Timur ( Uni Soviet/ Rusia ) yang berakhir tahun 1990 oleh jurus soft power AS ( gaya hidup kapitalis liberal yang dihembuskan pada kaum muda negeri beruang merah itu ). Tanpa sebutir peluru, negara terluas di dunia yang kerap bersaing starwars ( penaklukan ruang angkasa dengan pesawat ulang alik ) dengan AS ini pun tersungkur. Namun, kini Rusia sudah bangkit, lebih kuat, dengan V.Putin ( mantan kepala dinas rahasia KGB ) memimpin ( sebagai presiden, perdana menteri ) hingga melesat sebagai negara termaju dalam bidang ekonomi ( BRICS = Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan ) selain kekuatan militernya.

Turki yang dipimpin Erdogan ( satu kaki di Eropa dan kaki lainnya di Timur Tengah/ Arab ) punya landasan ekonomi kuat ( ekonomi masih tumbuh ), jika dibanding Yunani yang terlanda krisis lebih parah sebelumnya. Namun, Erdogan yang hampir 2 dekade memimpin Turki secara otoriter ( rezim otorian ini belakangan makin kerap digoyang unjuk rasa rakyat ) tak punya kanal komunikasi yang dipercaya publik sehingga terjadi rush besar-besaran ( pengambilan uang simpanan secara masif di bank oleh para nasabahnya ) akibat perang dagang AS vs Tiongkok juga negara2 lain ( proteksi mengenakan bea masuk tinggi terhadap barang impor sehingga tak kompetitif di pasar, berujung cadangan devisa tak bertambah untuk mengendalikan keadaan dalam negeri ). Karena ekspor produk2 Turki yang terhambat, lalu menipiskan cadangan devisanya sejak Januari 2018, ditambah rush tsb maka tersungkurlah mata uang lira Turki hingga 40% ( EMI, 16/8/2018)

Bagaimana dengan Indonesia ? Interkoneksi perdagangan membuat apa yang terjadi di Turki bisa mempengaruhi keadaan di Indonesia jika tak diantisipasi dengan baik. Untungnya, kita sudah menganut demokrasi, mengupayakan pemerintahan bersih dengan reformasi demokrasi dan revolusi mental, dan merintis penyelesaian kasus2 HAM berat masa lalu. Kita punya kanal2 civil society yang bisa dipercaya dan dirujuk publik, juga untuk hot2 issues ( MetroTV, acara “Mata Najwa”- Trans7, HU Pikiran Rakyat, Media Indonesia, akun para key opinion leader seperti Mahfud MD, Dina YS, Rhenald Kasali, ICW, Perludem, juga blog ini ).

Posisi ekonomi kita : pertumbuhan ekonomi di kwartal kedua tahun ini 5,2 % naik dari sebelumnya 5,03% di kwartal pertama. Angka kemiskinan dari 10,2% turun jadi 9,8%. Tingkat inflasi di bawah 3,5%, lebih rendah dari tahun2 sebelumnya. Hutang luar negeri 34% dari PDB ( masih aman jika di bawah 60% menurut UU ). Subsidi energi 1,2% dari PDB ( bandingkan masa pemerintahan sebelumnya yang mencapai 3,3% dari PDB ). Subsidi disalurkan kepada mereka yang lebih berhak ( solar untuk kapal nelayan, bensin untuk angkutan umum ). Sisa anggaran subsidi energi digunakan untuk membangun infrastruktur ekonomi seperti jalan ( pemirsa EMI warga provinsi baru Kalimantan Utara minta dibangun jalan sepanjang 166 km dari gunung ke 6 kecamatan di daerahnya ), jembatan, waduk irigasi, pelabuhan dan bandara.

Krisis moneter tahun 1997, seingat saya, membuat rupiah dari Rp 2500 melonjak hingga tembus Rp 15.000 per USD ( hutang luar negeri dari 60% melonjak 170% dari PDB ) juga dipicu rush bank ( psikologis, kepanikan nasabah ) dan diborongnya barang2 kebutuhan secara membabi buta oleh masyarakat. Saat itu rezim Orba marak KKN dan departemen informasi/ penerangan- nya tak lagi dipercaya rakyat, sehingga terjadi revolusi rakyat ( Reformasi 1998 ). Kita membayar sangat mahal karena krisis tsb, aset2 negara dijual pada asing untuk membayar hutang luar negeri dan Timor Timur ( kini Timor Leste ) lepas dari pangkuan NKRI.

Hari ini ( 16/8/2018 ) rupiah melemah hingga Rp 14.600 per USD dipicu tersungkurnya lira ( karena Indonesia punya hubungan dagang dengan Turki, duit2 kita sebagian tertahan di sana ), juga terhambatnya sebagian ekspor kita karena proteksi negara lain. Namun, cadangan devisa kita masih tebal. Indonesia cuma perlu menjaga laju pertumbuhan ekonominya tetap baik ( pertumbuhan melambat dijauhi investor, mereka bisa menarik uangnya ), menjaga kestabilan politik, dan menjaga keamanan tetap kondusif.

Bank Indonesia ( BI ) menaikkan suku bunga dari 2,5 menjadi 5,5% agar nasabah tertarik tetap menyimpan uangnya di bank. Para PR timses Jokowi dan kabinet bidang ekonomi mesti bisa menjelaskan dalam bahasa sederhana ( dipahami rakyat ) bahwa ekonomi Indonesia on the right track dan bisa mengatasi keadaan ini ( Turki mengandalkan perdagangan karena sumber daya alamnya sedikit. Sedang kita selain berdagang juga sumber alamnya melimpah, terlebih Pertamina berhasil mengakusisi blok Rokan dan Mahakam dari perusahaan asing, serta Inalum/ BUMN bisa mengambil alih 51% saham tambang emas terbesar di dunia di Papua dari tangan Freeport McMoran/ AS ).

Konsolidasi fiskal yang dilakukan pemerintah tak akan mengurangi geliat dunia usaha ( anggaran yang semula untuk membayar rapat2 di hotel, studi banding ke luar negeri, misalnya, akan dialokasikan untuk kegiatan2 yang lebih produktif )

Oposisi saat ini sebaiknya berpikir positif ( jika melubangi bahtera bernama Indonesia dengan hoax/ fake news dan fitnah dalam isu ini mereka akan ikut tenggelam. Sirene sudah berbunyi, utamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok ya ). Selebihnya, we will be okay..

( senior kita bisa survive waktu antri bubur tahun 1966 masak kita tahun 2018 masih bisa beli segala macam dan barang kebutuhan masih tersedia banyak di pasar dan mall, tidak bisa sih ? Insya Allah, pasti bisa. Kalem saja.. )

PERANG DAGANG AS vs TIONGKOK/ CHINA. Indonesia gimana ?

WhatsApp VOA bersama K-Lite FM ( Jumat, 27/7/2018 jam 8.30 ) mengabarkan perang dagang antara AS dan China ternyata berdampak lenyapnya sambal dan bumbu jadi menu khas Indonesia di toko2 setempat, sampai keluarga WNI dan pengusaha restoran terpaksa bikin sendiri.

Ternyata, tak cuma ekspor baja dan aluminium kita yang tertahan oleh kebijakan proteksi Trump ( menerapkan bea masuk tinggi ). Mendag Lukita lalu terbang bertemu dengan para WNI dan pengusaha2 AS untuk bernegosiasi. Dari lebaran kemarin mantan ketua REI ( asosiasi pengusaha properti Real Estate Indonesia ) ini dicecar ibu2 soal telur, kini dia dicecar diaspora Indonesia di AS soal sambal. Emang enak jadi menteri ?

Mulanya, AS dan China adu urat syaraf di kep. Spratly di Laut China Selatan ( diklaim milik China, diprotes Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, Indonesia/ klaim ZEE ). Lokasi itu digunakan untuk keperluan militer China. Dari pamer kekuatan armada tempur dan latihan militer lalu berlanjut ke perang dagang AS ( kebijakan proteksi ). China membalas hal yang sama sampai petani2 AS kelimpungan memasarkan hasil pertanian dan pabrik2 mulai bangkrut.

Trump lalu sesumbar pasar Eropa akan menyerapnya, padahal Uni Eropa, Kanada, Brasil dan Meksiko juga marah dengan kebijakan dagang Trump ini karena mereka jadi tak leluasa memasarkan produknya ke AS dan China. Kerentanan keuangan menyusul terjadi di negara2 berkembang, juga ketegangan perdagangan global. Sejarahnya, ketika hambatan perdagangan naik, pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan turun.

Trump ( Jumat, 20/7/ 2018 ) menuduh Uni Eropa dan Tiongkok memanipulasi mata uang dan suku bunga mereka lebih rendah, sehingga The FED kemudian menaikkan suku bunga yang disebut Trump akan mengikis keunggulan kompetitif para pesaingnya itu.

Dolar AS, kenaikan harga minyak, dan suku bunga AS telah memicu pelarian modal dari negara berkembang seperti Brasil dan Argentina. Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan, Uni Eropa siap untuk menanggapi lebih banyak cukai AS. Peningkatan pembatasan perdagangan menimbulkan ancaman jangka pendek terbesar bagi ekonomi dunia, meski proyeksi pertumbuhan 3,9% hingga tahun 2019.

Mereka memperingatkan Trump bahwa ekonomi AS sangat rentan dengan tindakan balas dendam. Skenario terburuk, PDB global bisa terpangkas hingga US$ 430 miliar pada tahun 2020 jika semua ancaman tarif dan pembalasan diterapkan.

Anggota-anggota BRICS, Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan yang juga anggota G20 mengaku mendapat manfaat dari globalisasi. Semua negara membutuhkan aliran dana/ modal, lalu Trump menghentikan perdagangan dan keuangan tsb. Kebayang kan bete-nya mereka pada Trump dan AS.

Politik identitas SARA ( pemilih fanatik berdasar emosi, kesamaan identitas ) yang mengantarkan Trump ke tampuk presiden 2 tahun lalu. Hasilnya ? Pawai anti Trump di mana2 dan protes banyak negara yang dirugikan oleh ketakcakapan presiden dalam mengelola ekonomi dan kebijakan luar negeri. Pamor AS kian pudar.

Renungan bagi Indonesia agar memilih pemimpinnya dengan rasio akal sehat.

Written by Savitri

2 Desember 2017 pada 10:15