Madani & Manusiawi

Great People, Bandung, West Java, Indonesia.

Indahnya hunian di tepi sungai Venice. Citarum dan Cikapundung ?

with 2 comments

Venice saat malam. Romantis. Sungai yang bersih menandakan pemerintahnya yang bersih. Pemerintah bersih berasal dari rakyatnya yang bersih. Indonesia bersih, upayakan sekuat tenaga. Kualitas sungai menjadi etalasenya.

Terbersit iri melihat hunian di sepanjang sungai Venice, Italia. Bangunan warna warni, penginapan para turis, dengan view ke arah sungai. Berjejer cantik, memikat turis yang bersampan di sungai. Transportasi water bus atau gondola siap membawa penumpang ke tujuan, mirip jalur busway di Jakarta. Ada halte yang disinggahi, lengkap dengan loket karcisnya, di beberapa titik pemberhentian. Water bus berupa speed boat, berkapasitas 20-30 orang. Seperti di bis kota Jakarta, di water bus pun rawan copet, karena begitu banyaknya wisatawan dari berbagai negara tumplek blek di Venice. Transportasi yang mengakomodasi hunian di sepanjang sungai itu beroperasi hampir 24 jam, dengan frekuensi makin jarang pada larut malam.

Di Indonesia, rumah di pinggiran sungai tidak tertata, seadanya, jemuran menggantung di mana-mana. Penggusuran sering menjadi isu menakutkan masyarakat pinggiran sungai karena menyalahi aturan. Peraturan Pemerintah no.35 tahun 1991 menyebutkan, sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer, yang bermanfaat penting mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sungai dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai.

Menurut aturan sempadan sungai, tidak boleh ada bangunan di jarak kurang 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kanan kiri anak sungai di luar permukiman. Sempadan tsb diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter lebarnya. Banyak bangunan di tepian sungai di Jakarta belum mengikuti aturan itu sehingga ketika hujan deras mereka terpaksa mengungsi, kuatir tersapu banjir.

Penataan permukiman yang cukup baik sudah dimulai di beberapa tempat di tanah air. Salah satunya, Kali Code, yang kini jadi kawasan wisata. Untuk mendukung hal itu, perbaikan jalan setapak dan penataan kawasan dengan pembangunan rumah susun diupayakan. Transportasi, permukiman dan pariwisata terkait erat. ( Lies/ Kiprah ). Kualitas sungai menunjukkan kualitas pemerintahan. Kemarin ada tim ekspedisi menyusuri sungai Citarum dari hulu ke hilir yang ditempuh sekitar 2 jam. Tim ini kemudian mengajak pihak pemerintah ikut menyusuri Citarum yang kotor, keruh, dipenuhi bedeng hunian, juga sampah di kanan kiri sungai. Kualitas air menunjukkan kualitas pemerintahan. Orang2 pemerintah diambil dari stok yang ada di masyarakat. Bisakah sungai kita bersih ? Kita bersih ?

Written by Savitri

10 Desember 2009 pada 12:02

Ditulis dalam Ragam

Tagged with

2 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. @ Furqon : terhadap pemerintah / pemimpin yg kita pilih, kita juga perlu percaya, mereka pun bermaksud baik. Kalau anda rajin baca postingan saya di blog ini, misal, kasus relokasi warga di rudet Tamansari di dekat sungai, saya nembela para pihak dengan porsi hak dan kewajiban masing2. Jika lokasi pemukiman padat kumuh di tepi sungai yg terus mengalami pedangkalan dan membahayakan warga ( kasus banjir Jabodetabek awal 2020, 16 warga tepian sungai Ciliwung tewas ), belum lagi kasus Covid, TBC, Ispa, kebakaran, dll, di pemukiman berdesakan itu, apa mau terus dibiarkan ?. Yg perlu dilakukan para aktivis, tak hanya protes demo tanpa solusi, tapi mengawal proses relokasi warga agar tetap survive di tempat baru. Juga mengawal proses pilkada hingga terpilih pemimpin daerah yg amanah dan pro-rakyat. Angkuh adalah sedekah buat orang angkuh. Kasar adalah sedekah buat orang kasar. Tak ingin digurui, jangan nenggurui. Ini golden rule : jangan lakukan apa yg tak ingin anda diperlakukan. Lebih 2.000 komen buruk sudah saya buang ke kotak spam. Mencerminkan gaya pengirim komen, jurus saya saat ini. Emang enak digituin ? Empati perlu diajarkan, saya bukan ulama yg sabar. Saya adalah saya. Jangan buat saya jadi anda.

    Savitri

    27 September 2020 at 14:21

  2. @ furqon : anda terlalu banyak bicara. Jika anda teliti dan rajin membaca blog GP & C sejak 2009, amda akan tahu saya juga kerap mengupas, bersimpati dan melihat dari sudut rakyat kecil. Saya bahkan riset hidup berbulan-bulan di tengah mereka. Kita bisa melihat model pembangunan dan relokasi warga yang terdampak seperti yang dilakukan oleh Jokowi di Solo dan Jakarta. Maju tapi tetap manusiawi. Coba anda menulis pemikiran anda di blog anda sendiri, ketimbang melihat posting sepotong dari ratusan posting yang sudah saya buat lalu mengomentari sok tahu seperti itu. Anda tamu di sini. Belajar bicara sopan dulu, ya..

    Savitri

    18 Agustus 2014 at 11:04


Tinggalkan komentar