Madani & Manusiawi

Great People, Bandung, West Java, Indonesia.

Archive for November 27th, 2018

TOBAT EKOLOGIS PARA PEMBUNUH PAUS

leave a comment »

Paus sperma tewas mengenaskan dengan 5,9 kg sampah plastik di perutnya di Sultra. Polutan laut sudah sedemikian mengancam ekosistem laut kita. Stop buang sampah sembarangan, jika ingin Indonesia kembali jaya di laut. ( foto: republika )

Siapa mereka yang seharusnya segera bertobat ? Diantaranya pelaku pembuangan sampah plastik ke sungai dan laut ( terlihat di layar TV, orang di kapal buang isi tong sampah ke samudera lepas nan biru ). Teganya..

Apa gak mikir, penyu bisa mimisan karena sedotan plastik yang dibuang terhirup masuk lubang hidungnya, menancap hingga berdarah, seperti yang terjadi di perairan Kostarika.

Yang teranyar, paus sperma terdampar tewas oleh 5,9 kg plastik ( tali rafia, gelas dan botol mineral, terpal, sandal jepit, dll ) yang terpaksa ditelannya di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara ( EMI, 23/11/2018 ).

Pertobatan ekologis terhadap tindak pencemaran perairan oleh sampah plastik selama ini harus segera dilakukan, karena terus merusak ekosistem perairan akan berujung merusak kesehatan manusia. Serpihan plastik yang termakan ikan lalu termakan manusia akan menjadi kanker atau penyakit fatal. Apa warga sudah banyak yang sadar pentingnya kita tidak membuang sampah sembarangan ke sungai atau laut ? ( ingat, sedimentasi sungai dari sampah yang terbawa ke laut sudah membuat tsunami 17 cm jadi setinggi 6-7 meter yang menyapu bersih Kota Palu dan menewaskan banyak warganya 28 September lalu ? Warga membunuh paus dengan sampah plastiknya. Laut bersampah pun bisa membunuh warga dengan sedimen sampahnya. Sedimen sampah juga telah menyulitkan timSAR menemukan CVR pesawat JT610 karena terbenam lumpur yang ringkih mengaburkan pandangan ). Cukup kematian sebagai nasehat.

Dani, pemirsa EMI dari Malang, Jatim melihat warga di bantaran sungai tiap hari buang sampah ke badan sungai ( gak mikir kemakan paus dan penyu apa ? ) sampai ia usul pemkot dan pemkab pasang CCTV di tepian sungai ( seperti di Singapura dan London ) dan memberi sanksi denda atau kurungan bagi para pembunuh paus tsb ( perorangan pembuang sampah rumah tangga dan perusahaan pembuang limbah industri tanpa diolah dulu agar aman bagi biota air ). Di Bandung, seingat saya, bisa didenda sampai Rp 50 juta ( perda K3 ). Nah, lho..

Sayang kan kalau duit segitu melayang sia-sia ( padahal bisa untuk beli 10 hp canggih, atau ditabung di bank dalam negeri untuk memperkuat rupiah, atau ditabung di akhirat dengan berdonasi bagi korban Lombok, Palu, Sigi, Donggala, Rohingya atau Palestina ). Mending sampah itu dipilah ( organik dedaunan untuk kompos, anorganik seperti plastik, kertas koran, logam yang laku dijual di tukang rongsok atau pengepul ) lalu ditabung di bank sampah RT/ RW. Kebersihan adalah bagian dari iman. Kita beribadah sekaligus menyelamatkan paus dan penyu, plus dapat buku tabungan dari bank sampah yang bisa diuangkan. Smart, kan ? ( dapat dunia akhirat )

Pemirsa lain minta pemerintah memberi insentif pada pabrik yang mengolah limbah plastiknya dengan baik. Juga lakukan disinsentif terhadap pabrik yang abai dan membuang sampah plastik ke laut ( EMI, 23/11/2018 ). Kantong plastik berbayar di supermarket juga mestinya terus dilaksanakan agar konsumen terus membawa kantong kresek lamanya atau tas kain dari rumah.

C

Cukai untuk plastik sudah diterapkan pemerintah, kata Marisa Halid, pemirsa EMI. Di China, ia melihat bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah setinggi 8 lantai ( di Indonesia juga sudah ada ). Bisnis sirkuler ( refill, air mineral di botol isi ulang dll ) sedang dikembangkan di Eropa.

Teknologi plasma dari Kanada yang bisa mengolah sampah jadi 5 produk turunan BBM ( seperti minyak tanah, solar ) sudah diajukan Saidah ke parlemen dan pemerintah masa SBY dan sebelumnya tapi tak kunjung diwujudkan ( coba lagi masa ini, Bu ? ) Satu kontainer bisa mengolah aneka sampah kecuali besi.

Pemerintah sudah mengeluarkan Perpres no.83 tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah Laut, turunan dari UU no.18 tahun 2008 dan PP tahun 2017. Menko Kemaritiman sebagai pelaksana dan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai pelaksana hariannya.

Tentang paus mati karena sampah plastik, menteri KKP Susi Pudjiastuti sudah mengerahkan jajarannya dan mengajak warga pesisir untuk ikut membersihkan sampah plastik. Jika di Afrika, warga mau membawa bayinya ke posyandu untuk disuntik imunisasi jika diberi beberapa bungkus Indomie made in Indonesia, mungkinkah para nelayan kita perlu Indomie ( atau sembako, jala, alat tangkap ikan yang ramah lingkungan ) supaya mau rajin bawa sampah plastik di laut ke darat untuk di daur ulang ya, Bu Menteri ?

================

She’s a ‘rockstar’, kata pengagumnya ( di akun twitter-nya, lebih banyak orang yang memuji Susi, daripada ia menyebut pencapaiannya ). Pantesan, da Menteri Susi sudah menangkap 633 kapal maling ikan, 488 kapal sudah ditenggelamkan, sehingga kini kita bisa dapat ikan jika mancing di pantai. Nelayan tradisional kini banyak mendulang ikan dengan harga bagus berkat keberanian menteri KKP ‘menghajar’ para pencuri yang menjarah kekayaan laut kita.

Susi mengajak kaum milenial suka makan ikan agar beromega cerdas. Konsumsi ikan-udang baru 46 kg per kapita tahun lalu. Tahun ini ditargetkan KKP orang Indonesia makan 50 per kapita ( Jepang 80 kg per orang per tahun ). Menteri Susi sering demo masak ikan untuk menarik kita suka makan ikan ( kandungan kolesterolnya lebih baik dari daging merah yang berprotein setara ).

Meski masalah sampah plastik di laut, menteri KLH sebagai pelaksana hariannya, namun menteri KKP cepat tanggap. Ia ogah pakai sendok plastik dan sedotan plastik ( minum air kelapa ditenggak saja,, tetesannya menghaluskan kulit ), mendenda Rp 500 ribu jika di KKP ada yang menggunakan botol plastik. Susi rajin promosi tas daur ulang ( dari limbah plastik garmen yang bisa dipakai berulang kali ) untuk mencegah sampah plastik. So, woman of this post is… Susi Pudjiastuti.

Akun Menteri Susi di Twitter

Written by Savitri

27 November 2018 at 09:11