Madani & Manusiawi

Great People, Bandung, West Java, Indonesia.

Archive for Juli 27th, 2018

Curhat SBY tak negarawan. Penolakan Megawati benar. Luka hati atau supremasi hukum ?

leave a comment »

Kemarin ( EMI, 27/7/2018 ) SBY curhat soal belum pulihnya hubungan personalnya dengan mantan bosnya, presiden ke-5 RI. Perlu geger atau adem ayem saja ? Tak perlu ditanggapi berlebihan, menurut saya. Kenapa ?

Kita tahu, ketum Dmk setahun ini mendekati koalisi partai pemerintah. Saya baca di internet, AHY ditawari posisi menteri ( ingin posisi wapres ). Lho, ini anak belum pernah jadi walikota/ bupati, gagal nyagub, mau nyalib ketum2 koalisi yang sudah berkeringat mengusung Jokowi.

Kenapa seobsesif ini, SBY menyodorkan anak biologisnya menjadi anak ideologisnya ? Padahal passion AHY di militer, sampai ia berlinang air mata ketika diminta meninggalkan kesatuannya. Mungkin benar kata Sunoto dari Cirebon ( pemirsa EMI ) bahwa orang maju nyapres karena berbagai niat. Ada yang ingin men-sejahterakan rakyat ( negarawan ). Ada yang pengen menyejahterakan keluarga, partai dan kroninya ( tirani korup ). Ada pula yang terdesak mengamankan dosa2 masa lalunya ( you know who ).

Lalu berkelebat ekspresi sensi SBY dan manuver politiknya. Dimulai ketika SBY di resuffle oleh presiden Gusdur. Megawati lalu merangkulnya masuk ke kabinet sebagai menko polhukam. Tak tahunya, SBY bikin partai, niat nyapres ( etikanya, pembantu presiden memberitahu bosnya ketika akan bersaing dengannya. Menteri2 Jokowi yang mau nyaleg saja minta izin kok ).

SBY pun di-resuffle Megawati. Politik victim game pun dimulai dan disambut sebagian rakyat yang demen melow drama. Calon teraniaya. Lebih sering SBY yang memanfaatkan isu ini daripada Megawati kan ?

Beberapa pelajar ngobrol waktu SBY pidato, dia sensi. Beberapa perwira kasak kusuk waktu SBY ceramah, dia baper. Beberapa menteri bisik2 waktu SBY rapat, dia baper juga. Soal tanah RS beda NJOP, dia minta KPK memproses Ahok. Seingat saya, soal keseleo lidahnya Ahok, dia ngutus orang ke MUI. Soal penggeledahan kediaman Demiz/ paslon 2D, dia konferensi pers. Soal ‘rintangan’ masuk koalisi Jokowi, dia pun konferensi pers. Politik identitas SARA oposisi mau ditambah politik victim game Dmk ? Merasa teraniaya ? Padahal yang paling dirugikan itu Megawati.

Seharusnya urusan personal ini jangan sampai dibawa ke ruang publik. Berisik, tahu. Lebih baik katakan, kami belum cocok dengan hitung-hitungannya, atau kami beda platform, program, atau visi misi. Elegan kan ? ( jauh dari rengekan kekanakan )

Victim game untuk kepentingan elektoral, bukan tindakan negarawan. Itu candu yang mengaburkan kompetensi sebenarnya. Presiden dua periode setelah Reformasi 1998 ini mestinya kelasnya di atas itu. Guru bangsa, atau duta bangsa untuk urusan pelik di manca negara, seperti yang dilakukan Bill Clinton, Jimmy Carter atau George Bush Sr. Figur2 yang sudah selesai dengan urusan dirinya. Jika SBY masih belum ke situ, patut kita pertanyakan ada apa ? Kenapa AHY yang masih mentah dalam jabatan publik, terus disodor-sodorkan ?

Saya pernah berpesan di blog agar Jokowi tidak merekrut anak buah dari pejabat yang punya dosa masa lalu. Supaya KPK tak kesulitan menindaklanjuti master mind skandal Century juga kasus2 lain. Agar Nasrudin yang tewas, dokter forensik yang wafat, Antasari yang belasan tahun dipenjara dan korban2 kasus mega korupsi itu, termasuk ribuan nasabah yang kehilangan uangnya, bisa memperoleh keadilan.

Jika sebagian orang menunjuk muka Megawati sebagai perintang calon Dmk masuk koalisi Jokowi, maka ketum PDIP itu sudah bertindak benar. Bukankah negarawan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas luka hatinya di masa lalu ? Megawati sudah forget dan forgive soal ‘pengkhianatan’ SBY itu. Megawati sekarang merintangi AHY, SBY, Dmk, demi rakyat dan supremasi hukum. Bravo Bu Mega !

Written by Savitri

27 Juli 2018 at 11:57

Ditulis dalam Ragam