Madani & Manusiawi

Great People, Bandung, West Java, Indonesia.

Sumur resapan untuk mencegah banjir & menangkar ikan lele.

leave a comment »

Pengantar A.Savitri :

Derita beruang kutub akibat global warming.

Derita beruang kutub akibat global warming. Habitat menyempit akibat gunung es terus mencair. Bolongnya ozon disebabkan asap kendaraan, pemakaian CFC/ hairspray/ refrigerator, kebakaran hutan dan polusi industri. Gunakan produk ramah lingkungan/ daur ulang dan berhematlah menggunakan BBM untuk mengerem laju kerusakannya.

Tak terasa sudah menjelang musim penghujan lagi, ya. Sore hari sudah mulai hujan, meski di wilayah lain kebakaran rumah dan hutan masih terjadi. Rapikan posisi genting agar air hujan tidak tersapu masuk. Tambal atap yang retak atau pun bocor karena pergantian panas dingin yang merapuhkan permukaannya. Dan yang terpenting sedia payung sebelum hujan. Terutama sumur2 resapan pencegah banjir. Akibat climate change tingkat curah hujan menjadi lebih tinggi, bahkan ekstrim dari biasanya. Hutan2 kita sudah banyak digunduli oleh cukong Malaysia, juga sebagian rakyat kita yang gelap mata karena miskin dan kelaparan. Pengerasan makin banyak di lahan perkotaan, sungai2 makin dangkal karena pembuangan sampah dan limbah sembarangan, permukaan air laut makin tinggi disuplai es kutub yang terus mencair akibat pemanasan global, lapisan ozon kian bolong karena industri kapitalis terus menggenjot produksinya demi memuaskan nafsu serakah manusia, tanpa peduli batas emisi karbon maupun tangisan alam. Siapkan diri anda menghadapi perfect disaster.

Air dengan curah hujan ekstra tinggi ( melebihi yang telah menjebol bendungan Situ Gintung ) siap memulai start-nya di gunung dan perbukitan gundul. Air menggerus tanah2 yang dilalui tanpa resistensi dari akar sedikitpun, masuk ke sungai mendangkalkan wadahnya, merampas kapasitasnya, menghanyutkan bedeng2 pemukiman liar di tepiannya, mempusokan sawah2 pertanian, menghanyutkan ikan2 di pertambakannya, menggerus pondasi2 jalan dan turap sungai. Jalan amblas, rumah2 penduduk terkubur longsoran tebing, mungkin lebih besar dari gempa Jawa kemarin. Air yang sedianya keluar di muara, karena permukaan laut lebih tinggi, berbalik kembali ke permukiman, menggenangi apa saja yang bisa mereka masuki. Banjir bah dalam hitungan detik, yang menyeret bagian rumah, mobil, perangkat elektronik, perhiasan, perabot, stok jualan yang telah dikumpulkan puluhan tahun, juga anggota keluarga yang sudah diasuh dibesarkan dengan susah payah. Apa daya ?

Berikut, sistim sumur resapan yang bisa mengumpulkan kelebihan air yang tak dikehendaki itu untuk menyelamatkan lingkungan pemukiman dan perkotaan kita dari kerugian musim penghujan. Meminimalkan resiko kehilangan kita. We hope that the nightmare’s not going to happen.***

Sumur resapan untuk mencegah banjir & menangkar ikan lele.

Banjir, persoalan orang kota yang seolah sulit diselesaikan. Ketiadaan kolam, saluran air mampet dan padatnya pemukiman menjadi beberapa faktor banjir di perkotaan kerap terjadi.

Banjir di Bandung Selatan, 4 Desember 2008. Daerah rendah yang menjadi langganan banjir tiap musim hujan.

Banjir di Bandung Selatan, 4 Desember 2008. Daerah rendah yang menjadi langganan banjir tiap musim hujan.

Kota Bandung, berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa mulai beranjak menjadi kota padat bangunan beton. Hutan beton. Lahan kosong berupa hutan kota dan kolam tradisional perlahan mulai jarang terlihat, berganti bangunan niaga dan perumahan. Air hujan yang jatuh ke bumi mulai bingung ke mana harus mengalir. Di sana sini terhambat bangunan. Hasilnya, jalanan dan gang2 di perumahan padat menjadi kolam dadakan. Semisal di daerah Terusan Kopo, Astana Anyar, kabupaten Bandung dan Baleendah.

Banjir diakibatkan pembabatan hutan di daerah hulu sungai. Hujan deras mengaliri sungai Citarum, menggenangi sekitarnya, menggerusi tanah yang lebih rendah dari bibir sungai. Banjir akibat ulah manusia, kata Faizal Immaddudin Wira Rahmat, juara II Pekan Ilmiah Mahasiswa 2009. Mahasiswa Teknik Sipil ITB tahun 2007 ini mengusulkan agar tiap perumahan padat di kota Bandung membuat sumur resapan. Sumur ini berfungsi menjebak air hujan yang mengalir deras ke lingkungan rumah. Jika lahan untuk sumur ini begitu sulit dicari, maka 5 rumah bisa patungan membuat satu sumur resapan.

Air hujan dari cucuran atap dialirkan ke bak penampung, kemudian ke sumur resapan. Kelebihannya masuk ke riol kota. Pemukiman padat bisa mengatasi banjir dengan sistim ini.

Air hujan dari cucuran atap dialirkan ke bak penampung, kemudian ke sumur resapan. Kelebihannya masuk ke selokan atau riol kota. Pemukiman padat bisa mengatasi banjir dengan sistim ini dengan gotong royong dan patungan. 5 rumah 1 sumur resapan. Daripada harta benda dan nyawa melayang, kan ?

Sumur resapan model Faizal perlu bak penampungan sementara. Air hujan yang jatuh ke atap dialirkan ke bak ini, selanjutnya dialirkan ke sumur resapan. Jika sumur resapan penuh, air dari bak penampung akan mengalir ke selokan. Sumur modifikasi ini bisa mengatasi limpahan air dari hujan yang tidak ekstrim. Warga RT 4 RW 1 pemukiman padat penduduk di sekitar Babakan Asih, Astana Anyar telah membuat 18 titik sumur resapan secara swadaya.”Tadinya, biasa banjir di sekitar sini. Air hujan biasanya bisa menggenang selama seminggu. Awalnya bisa selutut. Setelah ada sumur, dalam 20 menit air hujan bisa hilang,”kata Regi Kayong, warga di Babakan Asih.

Sumur resapan buatan warga di Babakan Asih itu dibuat dari beton dan disebar di titik2 rawan banjir. Setelah pembuatan sumur resapan, banjir di perumahan padat itu bisa diatasi. Hujan besar yang terjadi awal tahun ini tidak menyebabkan banjir lagi. Apakah sumur resapan juga berguna di musim kemarau ? Di Babakan Asih bisa untuk menangkar ikan lele ! ( Agus Rakasiwi/ PR, 24/9/2009 )


free html visitor counters
hits

Written by Savitri

30 September 2009 pada 16:36

Ditulis dalam Ragam

Tagged with

Tinggalkan komentar